Saterdag 22 Maart 2014

portugis di indonesia



Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis 1511, maka
terjadilah persaingan dagang antara pedagang-pedagang Portugis
dengan pedagang di Nusantara. Portugis ingin selalu menguasai
perdagangan, maka terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap
Portugis. Perlawanan tersebut antara lain:

1) Perlawanan di Aceh terhadap Portugis
Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh
merupakan saingan terberat dalam dunia perdagangan. Para
pedagang muslim segera mengalihkan kegiatan perdagangannya
ke Aceh Darussalam. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan
Portugis secara ekonomis, karena Aceh kemudian tumbuh menjadi
kerajaan dagang yang sangat maju. Melihat kemajuan Aceh ini,
Portugis selalu berusaha menghancurkannya, tetapi selalu menemui
kegagalan. Keberhasilan Aceh untuk memperhatankan diri dari
ancaman Portugis disebabkan:
a. Aceh berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India.
b. Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari
pedagang muslim di Pulau Jawa.
c. Kapal Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan
prajurit yang tangguh.
Di antara raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan
adalah:
a. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528)
Berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa
Portugis
b. Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568)
Berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu
dengan Johor.
c. Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan
Portugis adalah Iskandar Muda. Pada tahun 1615 dan 1629,
Iskandar Muda melakukan serangan terhadap Portugis di
Malaka.
Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri dari
ancaman Portugis antara lain:
a. Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia,
dan Gujarat (India),
b. Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan
dari beberapa pedagang muslim di Jawa,
c. kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang
cukup baik dan prajurit yang tangguh,
d. meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan
Makassar.
Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus
tetapi sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai akhirnya
Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641. VOC bermaksud
membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin
menghidupkan kembali kegiatan perdagangan seperti yang pernah
dialami Malaka sebelum kedatangan Portugis dan VOC.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda
wafat dan penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841).
Pada saat Iskandar Thani memimpin Aceh masih dapat
mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh
Sultan Safiatuddin 91641–1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak
mempertahankan kebesarannya.

2) Ternate melawan Portugis
Pada awalnya Portugis diterima dengan baik oleh raja
setempat dan diijinkan mendirikan benteng, namun lama-kelamaan,
rakyat Ternate mengadakan perlawanan.
Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini:
.
c) Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti bertentangan
dengan agama yang telah dianut oleh rakyat Ternate.
d) Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham
dengan mereka.
e) Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
f) Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka kehendak Portugis
ditolak oleh raja Ternate. Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan
Hairun bersatu dengan Tidore melawan Portugis, sehingga Portugis
dapat didesak. Pada waktu terdesak, Portugis mendatangkan
bantuan dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo, sehingga Portugis
mampu bertahan di Maluku.
Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah
pimpinan Sultan Hairun. Portugis berusaha menangkap Sultan Hairun,
namun rakyat bangkit untuk melawan Portugis dan berhasil
membebaskan Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Akan tetapi
Portugis melakukan tindakan licik dengan mengajak Sultan Hairun
berunding. Dalam perundingan, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh.
Perlawanan rakyat Ternate dilanjutkan di bawah pimpinan
Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun). Pada tahun 1574 benteng
Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQkadfFhBVfX_mdN0-bgX8NyLuvncR9RdnbtxEx0M2blspebi-jWwakhirnya menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai Tahun
1975.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik_bO-O9uo2n4OSXKshy_bcEpPAWHDLW3-IP8jny_PFaM3V4ZV02BqvbrmGK-t8VWDWZqX2iUtG261SC7uimsh0XbaLOUlL7KiV_FWrqbKWWVmy8jWXp3JK_U-XvATA0eXlLfQPe03KPI/s1600/Picture2.jpga.) Portugis melakukan monopoli perdagangan.        2)    Perlawanan Rakyat Demak
Pasukan Demak dipimpin oleh Pati Unus sempat menyerang kedudukan Portugis di Malaka pada tahun 1511. Namun, upaya ini mengalami kegagalan karena persenjataan dan pasukan kalah jauh dibandingkan Portugis. Pada tahun 1527 armada Demak dipimpin Fatahilah dapat menguasai Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Hal ini dilakukan dalam rangka menghadang Portugis yang hendak menguasai Jawa. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahilah di Sunda Kelapa. Tempat ini kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta.               
b) Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking